kota di tengah hutan

kota di tengah hutan
menapak jejak kehidupan

Sabtu, 03 Juni 2017

NHW#3 MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH

NHW#3 MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH


a. Bagi anda yang sedang memantaskan diri untuk mendapatkan jodoh yang baik, tulislah suara hati anda dengan tema “UNTUKMU CALON IMAMKU”

Tentang Calon Imam, prioritas yang diharapkan dari seorang calon imam sejak dulu masih muda sampai umur segini rasanya masih sama, tidak ada yang neko-neko, tentu yang diharapkan dari seorang Imam adalah contoh yang baik, contohnya, tidak merokok, rajin beribadah, sayang keluarga, dan itu sudah saya dapatkan, namun ternyata hal itu saja tidak cukup, karena ternyata dia tidak suka sama saya (sangat aneh, iya saya pun merasa aneh) merasa terpukul, tentu, tapi harus yakin bahwa Allah akan memberikan ibroh, hikmah, pelajaran dan manfaat yang lain dari kejadian ini. Apakah saya merasa putus asa dengan keberadaan seorang imam dalam hidup saya? Alhamdulillah tidak ada keputusasaan itu dalam diri saya, meski ada sedikit rasa trauma, namun tidak sampai membuat saya putus asa. Dan ternyata untuk membuat surat untuk calon imam yang baru, saya perlu banyak merenung lagi.

b. Lihatlah diri anda, tuliskan kekuatan potensi yang ada pada diri anda.

Potensi yang ada di dalam diri saya sedikit banyak ada pengaruh dari pola pengasuhan orangtua saya dulu, mereka (terutama Abah) mendidik saya dan saudara-saudara yang lain sangat disiplin dalam hal mencari ilmu, Abah juga sangat menomorsatukan agama, sehingga anak-anak beliau semua wajib masuk pesantren, Adapun Ibu, beliau adalah orang yang sangat penyabar, ibu adalah pendukung Abah sejati, entah itu dengan keikhlasan atau karena keterpaksaan, beliau selalu mendukung apapun yang menjadi keputusan abah. Hal yang sangat menonjol yang Abah contohkan yang selalu kami ingat, dan Ibu pun selalu terkenang dengan sikap Abah yang satu ini, beliau sangat itsar, mendahulukan atau lebih mementingkan orang lain daripada diri sendiri. Pernah ibu cerita bahwa saat itu di rumah, beras itu hanya cukup untuk dipakai sekali makan saja, kemudian Abah datang sambil membawa orang yang sedang butuh beras, dan meminta ke ibu untuk diambilkan beras, ibu semula menolak dengan alas an di rumah pun saat itu beras yang ada hanya sisa itu saja, Abah tetap memaksa ibu untuk memberikan beras tersebut kepada orang yang dibawanya tadi, dengan dalih bahwa mereka (abah dan ibu) masih punya saudara untuk dimintai tolong pinjamkan beras, sedangkan orang itu mungkin saja dia tidak punya siapa-siapa lagi untuk dimintai tolong selain ke keluarga kita. Ah terharu selalu saya kalau ibu sudah bercerita tentang itu, saya bisa bayangkan bagaimana perasaan ibu, bagaimana pula posisi abah, sungguh luar biasa pelajaran yang bisa diambil dari kejadian tersebut. Nah sifat abah tersebut, sedikit banyak ada pengaruhnya di jiwa anak-anaknya, termasuk saya.  Meski tidak sehebat Abah dalam hal itu tapi saya merasakan ada sedikit sifat tersebut saya miliki. Potensi lain, saya dapat dari ibu, seperti yang sudah diceritakan tadi, ibu adalah sosok yang sangat penyabar, seingat saya ibu memarahi saya dengan luar biasa itu  ketika saya tidak mengindahkan larangan beliau untuk tidak berenang di danau, karena sangat inginnya belajar berenang saya dengan kakak saya bertiga tetap pergi ke Danau naik rakit dan di tengah danau saya belajar berenang, lalu saat itu saya hampir tenggelam (saya piker ini akibat saya tidak mendengarkan kata-kata ibu) tapi Alhamdulillah kakak saya datang menolong sehingga saya terhindar dari tenggelam, namun ketika pulang ke rumah, ibu sudah menunggu kami dengan sapu lidi di tangan, marahnya pun tidak lama, mungkin karena kepolosan kami yang waktu itu masih kecil, ketika ibu memegang sapu lidi pun wajah ibu terlihat menahan ketawa… sungguh lucu kalau ingat kejadian itu. Sifat nrimo ibu sempat saya sandang hingga usia sekitar dua puluh limaan, saya adalah anak paling sabar begitu seringkali saya dengar saudara-saudara ibu atau abah bilang tentang saya, tapi sejak usia tersebut kesabaran saya yang seperti ibu itu tampaknya tidak ada lagi saya rasakan, selanjutnya saya cenderung pemberontak (sifat yang baru keluar saat usia pertengahan kepala dua), agak telat mempunyai keberanian mengekspresikan jiwa, jadi yang selama ini saya rasakan sabar itu mungkin bukan sabar yang sebenarnya tapi lebih kepada rasa takut. 
Potensi saya yang lain sepertinya saya ini senang memberi motivasi  kepada orang lain, ada beberapa yang nyaman berbagi cerita hidupnya dengan saya dan saya merasa bahagia ketika mereka senang mendapatkan motivasi dari saya, tetapi buruknya saya ini senang memotivasi orang lain tapi agak susah memotivasi diri sendiri, sediiiihhh

c. Lihatlah orangtua dan keluarga anda. Silakan belajar membaca kehendakNya, mengapa anda dilahirkan di tengah-tengah keluarga anda saat ini dengan bekal/senjata potensi diri anda. Misi rahasia hidup apa yang DIA titipkan ke diri kita. Tulis apa yang anda rasakan selama ini.

Saya lahir di keluarga besar saya, dan lahir sebagai anak kesekian dari saudara-saudara saya, saya lahir sebagai perempuan, saya lahir dengan segala keunikan yang ada pada diri saya, Allah kirimkan saya di keluarga besar saya ini mungkin Allah ingin agar saya bisa bekerja sama dengan saudara-saudara saya yang lain, Allah ingin saya menjaga kerukunan keluarga besar ini,  Allah ingin saya menjadi penengah ketika ada saudara-saudara saya yang sedang berselisih, Allah ingin saya menjaga keponakan saya yang banyak, Allah ingin saya membantu saudara-saudara saya yang sedang membutuhkan teman, dan ternyata saya tidak hanya ada untuk keluarga besar inti saya saja, tetapi saya bisa membantu keluarga besar Abah juga,selalu ada manfaat jika kita berpikir positif. Saya merasa senang ketika saudara saya membutuhkan bantuan saya, walau hanya sekedar menunggu rumah.  Saya memang lebih senang berada di belakang layar atau tidak terlalu sering berhadapan dengan orang banyak, dan paling takut bicara di depan orang banyak, padahal saya pernah menjadi guru. Well berbagai proses perkembangan dalam rangka manfaat diri saya baik itu untuk diri sendiri, atau untuk keluarga bahkan untuk lingkungan sekitar pun masih harus selalu saya cari.

d. Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda?adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa  anda dihadirkan di lingkungan ini?


Seperti yang sudah saya ceritakan di awal bahwa saya sejak kecil sudah dididik dalam lingkungan yang agamis,  waktu SD sekolah agama, lulus SD masuk Pesantren Lulus SMP pun masih masuk Madrasah Aliyah Pondok, Allah menghendaki saya untuk berdakwah (semampu saya) meski seringkali tidak merasa percaya diri apa yang saya ketahui itu sudah benar atau belum,sehingga kalau ada yang bertanya tentang suatu hal yang berkaitan dengan agama saya sering juga tergantung dengan kakak saya. Pun saat mendapat musibah, Alhamdulillah Allah tunjukkan dan arahkan saya untuk kembali kepada Agama, saya pun didekatkan dengan lingkungan para penghafal al-Quran, mungkin Allah hendak tunjukkan kepada saya tentang suatu kekuatan yang Allah berikan saat kita kembali kepada Al-Quran yang merupakan petunjuk-Nya dalam hidup saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar