kota di tengah hutan

kota di tengah hutan
menapak jejak kehidupan

Sabtu, 17 Juni 2017

NICE HOMEWORK #5 Learning How to Learn

NICE HOMEWORK #5
BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR 
(Learning How to Learn)

Setelah malam ini kita mempelajari tentang “Learning How to Learn” maka kali ini kita akan praktek membuat Design Pembelajaran ala kita.
Kami tidak akan memandu banyak, mulailah mempraktekkan “learning how to learn” dalam membuat NHW #5.
Munculkan rasa ingin tahu bunda semua tentang apa itu design pembelajaran.
Bukan hasil sempurna yg kami harapkan, melainkan “proses” anda dalam mengerjakan NHW #5 ini yg perlu anda share kan ke teman-teman yg lain. 
Selamat Berpikir, dan selamat menemukan hal baru dari proses belajar anda di NHW #5 ini.
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
Design pembelajaran bagi saya sering kali hanya menjadi tulisan di atas kertas, yang jika setelah ditulis dia berlalu begitu saja,sedangkan saat mengajar, saya kembali ke cara konvensional, begitu terus berulang-ulang, salah satu kesulitan saya dalam mengejawantahkan design yang sudah disusun adalah dalam percobaan pertama, ketika selesai mempraktekkan teori salah satu design, dan kemudian sukses (bagi saya saat itu tanda sukses adalah anak-anak senang belajar) tapi setelah itu saya seperti mendapati jalan buntu, what next? setelah itu apa? setelah anak-anak senang belajarnya terus apa? akhirnya, merasa tidak ada gunanya jadi saya selalu kembali ke cara ngajar yang konvensional lagi, seringkali sebagai seorang guru saya merasa tidak pantas menjadi guru, karena saya sadar banyak hal yang harus dirombak dalam cara berpikir saya

sekarang diminta membuat design belajar untuk (minimal) diri sendiri, seperti ada tantangan tersendiri untuk mempraktekkannya. tapi kenapa saya tetap merasa tidak bisa menerapkannya ya...
pada prinsipnya saya ini orangnya cuek cenderung santai, bahkan seringkali terlalu santai, tetapi di satu waktu saya menginginkan tuntutan yang sempurna meski tidak mengubah kesantaiannya itu, sehingga akhirnya tidak mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan atau mendapatkan dengan nafas yang ngos-ngosan.
dalam hal belajar saya lebih suka meneliti, jika guru atau pemateri menyampaikan materi saya suka catat semua di buku yang hanya saya yang bisa memahaminya. selain itu saya merasa lebih mudah menghapalkan sesuatu, 
Guru saya selalu berkata, jika kita ingin memberi sesuatu kepada orang lain, maka kita harus punya sesuatu itu dulu, baru bisa memberikannya kepada oranglain. kita tidak akan bisa memberi oranglain pelajaran disiplin jika kita sendiri tidak disiplin, kita tidak bisa memberi orang lain pelajaran tepat waktu jika kita sendiri sering tidak tepat waktu, kita tidak bisa memberi oranglain pelajaran adab jika kita sendiri tidak beradab. Dan perjuangan saya untuk mempunyai sesuatu yang dapat dibagikan ke oranglain itu ternyata belum sepenuhnya saya perjuangkan...

Minggu, 11 Juni 2017

NICE HOME WORK #4 MENDIDIK DENGAN KEKUATAN FITRAH


MENDIDIK DENGAN KEKUATAN FITRAH 
🍀

Ketika baru memasuki gerbang NHW#4 ini saya merasa kok sepertinya ada yang dilompati, kenapa langsung ke mendidik (anak) dengan kekuatan fitrah? Itu yang saya pikirkan, maka saya terus terang tidak terlalu bersemangat mengerjakan PR-nya, kalau dalam istilah bahasa sunda itu saya berada pada posisi “kumeok memeh dipacok” Atau kalah sebelum bertanding, namun karena tuntutan kewajiban, meski agak enggan karena merasa masih bingung, akhirnya saya buka kembali materi dan saya tonton lagi video yang dishare pada materi keempat ini, akhirnya saya menemukan ‘lampu menyala” dalam otak saya, oooohhhh begitu toh maksudnya!!!!! Ternyata mendidik disitu bukan tentang mendidik anak semata, tetapi lebih ke mendidik diri sendiri yang harus diperbaiki, diluruskan kembali niatnya, diteliti lagi, sudah mengerucut belum, dan lain sebagainya, sehingga ketika kita mendidik anak-anak kelak kita sudah mengetahui apa yang akan dikerjakan. Sampai disini saya terhenti lagi, karena setelah say abaca lagi NHW 1 – 3 yang telah saya kerjakan, ternyata saya masih terlalu banyak berteori. Apa yang saya tulis masih abstrak., lalu saya merasa “lampu menyala” tadi agak meredup. Duuuuhhhh tak boleh berhenti mencari…!!!
a.    Mari kita lihat kembali Nice Homework #1 , apakah sampai hari ini anda tetap memilih jurusan ilmu tersebut di Universitas Kehidupan ini? Atau setelah merenung beberapa minggu ini, anda ingin mengubah jurusan ilmu yang akan dikuasai?
emmmhhhh… di NHW#1 saya menuliskan pilihan jurusan
Menjadikan ibadah dalam setiap aktifitas. Tampaknya tidak ada masalah dengan jurusan ini.

b.    Mari kita lihat Nice Homework #2, sudahkah kita belajar konsisten untuk mengisi checklist harian kita? Checklist ini sebagai sarana kita untuk senantiasa terpicu “memantaskan diri” setiap saat. Latih dengan keras diri anda, agar lingkungan sekitar menjadi lunak terhadap diri kita.

Indikator
Keterangan
Sholat wajib tepat waktu
Masih ada waktu shalat yang tidak dekerjakan secara tepat waktu, apalagi shalat Isya
Sholat Sunnah Rawatib
Seminggu kemarin Alhamdulillah selalu berusaha mengerjakan
Dzikir di setiap kegiatan
Masih belum di setiap kegiatan melakukannya
Sholat Dluha
Hanya beberapa hari saja
Shalat Tahajjud/Tarawih
Shalat Tarawih selalu
Tilawah minimal 1 Juz
Alhamdulillah masih terjaga karena mengikuti grup ODOJ dan itu sangat membantu menjaga konsistensi tilawah, meski terkadang dilakukan di limit waktu
Menghafal AlQuran minimal 1/4 baris
Masih belum dilaksanakan
Shaum Syawwal
Belum mulai
Bayar Utang Puasa
Belum mulai
Siap Membantu
Alhamdulillah
Bersih-bersih Rumah minimal Kamar
Masih belum maksimal
Menyapa
Masih kebiasaan lama
Membiasakan berpikir positif
Alhamdulillah, meski yang negative kadang masih suka mampir


c.    Baca dan renungkan kembali Nice Homework #3, apakah sudah terbayang apa kira-kira maksud Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Kalau sudah, maka tetapkan bidang yang akan kita kuasai, sehingga peran hidup anda akan makin terlihat.
Bidang apa yang ingin saya kuasai? Membaca dan menghafal Al-Quran dengan baik dan benar.
d.    Setelah menemukan 3 hal tersebut, susunlah ilmu-ilmu apa saja yang diperlukan untuk menjalankan misi hidup tersebut.
Ilmu yang harus saya punya untuk mengeksiskan peran saya mungkin manajemen waktu, keberanian, dan percaya diri
e.    Tetapkan Milestone untuk memandu setiap perjalanan anda menjalankan Misi Hidup
Menetapkan milestone di usia 37 tahun itu sesuatu banget, tapi tidak ada kata terlambat, saya menetapkan milestone saya di usia ini untuk menempuh perjalanan 10 ribu jam terbang secara konsisten.
f.     Koreksi kembali checklist anda di NHW#2, apakah sudah anda masukkan waktu-waktu untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut di atas. Kalau belum segera ubah dan cantumkan.
NHW#2 masih ada hal yang harus disempurnakan.

g.    LAKUKAN, LAKUKAN, LAKUKAN, LAKUKAN !!!!!
Bismillahirrahmaanirrahiim
Laa haula walaa quwwata illa billaahil ‘aliyyil adziim…
Semangat!!!!


Minggu, 04 Juni 2017

berbuat yang terbaik di titik kita berada...

kebersamaan seperti apa sebenarnya yang diinginkan? semua hal yang dilakukan hanyalah yang diinginkan, seringkali tidak memperdulikan keinginan orang lain... kenapa terus menerus seperti ini, situasi seperti ini sangat menyulitkan ...

jika menghadapi situasi seperti ini inginnya berbagi bersama seseorang, tapi tidak tahu siapa, seandainya dia masih ada... tiba-tiba teringat akan seseorang yang membuat sadar bahwa selama ini rasa senang terhadap mereka-mereka yang pernah disukai hanyalah bentuk rasa senang karena mendapat teman berbagi  *karena merasa tidak punya teman, karena merasa minder untuk berteman, atau apapun bentuk alasannya* membuat rasa simpati muncul dari persamaan nasib, hanya saja seringkali salah mengerti dalam mengartikan perasaan itu, kesalahan itu tentu bukan suatu kesengajaan tetapi karena pengalaman bergaul yang terbatas membuat sedikitnya pengalaman yang didapat sehingga salah mengartikan sesuatu yang menurut mereka yang mudah bergaul itu adalah hal biasa...
seandainya dia masih ada.... masih bisakah tuk diajak bercerita lagi, mengkritisi tanpa merasa dikritisi, mengingatkan tanpa takut dijauhi, benar-benar menyenangkan....
yes I really need some one that I can trust and can trust me too...  mungkin terlalu banyak menuntut, tapi  tidak pernah memberi....
 bu... tolong berikan dia pelajaran supaya dia sedikit tenang dan dia dapat melupakan keinginannya untuk pulang... anak-anak merengek dan mencoba membuatku yakin bahwa cara seperti itu akan berhasil... *sret* rasanya hati ini terpaut bambu hiris runcing secara tiba-tiba, betapa anak-anak berumur sekitar tujuh tahun sudah mampu memberi solusi akan sebuah masalah yang aku anggap pelik....

Sabtu, 03 Juni 2017

NHW#3 MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH

NHW#3 MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH


a. Bagi anda yang sedang memantaskan diri untuk mendapatkan jodoh yang baik, tulislah suara hati anda dengan tema “UNTUKMU CALON IMAMKU”

Tentang Calon Imam, prioritas yang diharapkan dari seorang calon imam sejak dulu masih muda sampai umur segini rasanya masih sama, tidak ada yang neko-neko, tentu yang diharapkan dari seorang Imam adalah contoh yang baik, contohnya, tidak merokok, rajin beribadah, sayang keluarga, dan itu sudah saya dapatkan, namun ternyata hal itu saja tidak cukup, karena ternyata dia tidak suka sama saya (sangat aneh, iya saya pun merasa aneh) merasa terpukul, tentu, tapi harus yakin bahwa Allah akan memberikan ibroh, hikmah, pelajaran dan manfaat yang lain dari kejadian ini. Apakah saya merasa putus asa dengan keberadaan seorang imam dalam hidup saya? Alhamdulillah tidak ada keputusasaan itu dalam diri saya, meski ada sedikit rasa trauma, namun tidak sampai membuat saya putus asa. Dan ternyata untuk membuat surat untuk calon imam yang baru, saya perlu banyak merenung lagi.

b. Lihatlah diri anda, tuliskan kekuatan potensi yang ada pada diri anda.

Potensi yang ada di dalam diri saya sedikit banyak ada pengaruh dari pola pengasuhan orangtua saya dulu, mereka (terutama Abah) mendidik saya dan saudara-saudara yang lain sangat disiplin dalam hal mencari ilmu, Abah juga sangat menomorsatukan agama, sehingga anak-anak beliau semua wajib masuk pesantren, Adapun Ibu, beliau adalah orang yang sangat penyabar, ibu adalah pendukung Abah sejati, entah itu dengan keikhlasan atau karena keterpaksaan, beliau selalu mendukung apapun yang menjadi keputusan abah. Hal yang sangat menonjol yang Abah contohkan yang selalu kami ingat, dan Ibu pun selalu terkenang dengan sikap Abah yang satu ini, beliau sangat itsar, mendahulukan atau lebih mementingkan orang lain daripada diri sendiri. Pernah ibu cerita bahwa saat itu di rumah, beras itu hanya cukup untuk dipakai sekali makan saja, kemudian Abah datang sambil membawa orang yang sedang butuh beras, dan meminta ke ibu untuk diambilkan beras, ibu semula menolak dengan alas an di rumah pun saat itu beras yang ada hanya sisa itu saja, Abah tetap memaksa ibu untuk memberikan beras tersebut kepada orang yang dibawanya tadi, dengan dalih bahwa mereka (abah dan ibu) masih punya saudara untuk dimintai tolong pinjamkan beras, sedangkan orang itu mungkin saja dia tidak punya siapa-siapa lagi untuk dimintai tolong selain ke keluarga kita. Ah terharu selalu saya kalau ibu sudah bercerita tentang itu, saya bisa bayangkan bagaimana perasaan ibu, bagaimana pula posisi abah, sungguh luar biasa pelajaran yang bisa diambil dari kejadian tersebut. Nah sifat abah tersebut, sedikit banyak ada pengaruhnya di jiwa anak-anaknya, termasuk saya.  Meski tidak sehebat Abah dalam hal itu tapi saya merasakan ada sedikit sifat tersebut saya miliki. Potensi lain, saya dapat dari ibu, seperti yang sudah diceritakan tadi, ibu adalah sosok yang sangat penyabar, seingat saya ibu memarahi saya dengan luar biasa itu  ketika saya tidak mengindahkan larangan beliau untuk tidak berenang di danau, karena sangat inginnya belajar berenang saya dengan kakak saya bertiga tetap pergi ke Danau naik rakit dan di tengah danau saya belajar berenang, lalu saat itu saya hampir tenggelam (saya piker ini akibat saya tidak mendengarkan kata-kata ibu) tapi Alhamdulillah kakak saya datang menolong sehingga saya terhindar dari tenggelam, namun ketika pulang ke rumah, ibu sudah menunggu kami dengan sapu lidi di tangan, marahnya pun tidak lama, mungkin karena kepolosan kami yang waktu itu masih kecil, ketika ibu memegang sapu lidi pun wajah ibu terlihat menahan ketawa… sungguh lucu kalau ingat kejadian itu. Sifat nrimo ibu sempat saya sandang hingga usia sekitar dua puluh limaan, saya adalah anak paling sabar begitu seringkali saya dengar saudara-saudara ibu atau abah bilang tentang saya, tapi sejak usia tersebut kesabaran saya yang seperti ibu itu tampaknya tidak ada lagi saya rasakan, selanjutnya saya cenderung pemberontak (sifat yang baru keluar saat usia pertengahan kepala dua), agak telat mempunyai keberanian mengekspresikan jiwa, jadi yang selama ini saya rasakan sabar itu mungkin bukan sabar yang sebenarnya tapi lebih kepada rasa takut. 
Potensi saya yang lain sepertinya saya ini senang memberi motivasi  kepada orang lain, ada beberapa yang nyaman berbagi cerita hidupnya dengan saya dan saya merasa bahagia ketika mereka senang mendapatkan motivasi dari saya, tetapi buruknya saya ini senang memotivasi orang lain tapi agak susah memotivasi diri sendiri, sediiiihhh

c. Lihatlah orangtua dan keluarga anda. Silakan belajar membaca kehendakNya, mengapa anda dilahirkan di tengah-tengah keluarga anda saat ini dengan bekal/senjata potensi diri anda. Misi rahasia hidup apa yang DIA titipkan ke diri kita. Tulis apa yang anda rasakan selama ini.

Saya lahir di keluarga besar saya, dan lahir sebagai anak kesekian dari saudara-saudara saya, saya lahir sebagai perempuan, saya lahir dengan segala keunikan yang ada pada diri saya, Allah kirimkan saya di keluarga besar saya ini mungkin Allah ingin agar saya bisa bekerja sama dengan saudara-saudara saya yang lain, Allah ingin saya menjaga kerukunan keluarga besar ini,  Allah ingin saya menjadi penengah ketika ada saudara-saudara saya yang sedang berselisih, Allah ingin saya menjaga keponakan saya yang banyak, Allah ingin saya membantu saudara-saudara saya yang sedang membutuhkan teman, dan ternyata saya tidak hanya ada untuk keluarga besar inti saya saja, tetapi saya bisa membantu keluarga besar Abah juga,selalu ada manfaat jika kita berpikir positif. Saya merasa senang ketika saudara saya membutuhkan bantuan saya, walau hanya sekedar menunggu rumah.  Saya memang lebih senang berada di belakang layar atau tidak terlalu sering berhadapan dengan orang banyak, dan paling takut bicara di depan orang banyak, padahal saya pernah menjadi guru. Well berbagai proses perkembangan dalam rangka manfaat diri saya baik itu untuk diri sendiri, atau untuk keluarga bahkan untuk lingkungan sekitar pun masih harus selalu saya cari.

d. Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda?adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa  anda dihadirkan di lingkungan ini?


Seperti yang sudah saya ceritakan di awal bahwa saya sejak kecil sudah dididik dalam lingkungan yang agamis,  waktu SD sekolah agama, lulus SD masuk Pesantren Lulus SMP pun masih masuk Madrasah Aliyah Pondok, Allah menghendaki saya untuk berdakwah (semampu saya) meski seringkali tidak merasa percaya diri apa yang saya ketahui itu sudah benar atau belum,sehingga kalau ada yang bertanya tentang suatu hal yang berkaitan dengan agama saya sering juga tergantung dengan kakak saya. Pun saat mendapat musibah, Alhamdulillah Allah tunjukkan dan arahkan saya untuk kembali kepada Agama, saya pun didekatkan dengan lingkungan para penghafal al-Quran, mungkin Allah hendak tunjukkan kepada saya tentang suatu kekuatan yang Allah berikan saat kita kembali kepada Al-Quran yang merupakan petunjuk-Nya dalam hidup saya.