NHW#3 MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH
a. Bagi anda yang sedang memantaskan diri untuk
mendapatkan jodoh yang baik, tulislah suara hati anda dengan tema “UNTUKMU
CALON IMAMKU”
Tentang Calon Imam, prioritas yang diharapkan dari seorang
calon imam sejak dulu masih muda sampai umur segini rasanya masih sama, tidak
ada yang neko-neko, tentu yang diharapkan dari seorang Imam adalah contoh yang
baik, contohnya, tidak merokok, rajin beribadah, sayang keluarga, dan itu sudah saya
dapatkan, namun ternyata hal itu saja tidak cukup, karena ternyata dia tidak
suka sama saya (sangat aneh, iya saya pun merasa aneh) merasa terpukul, tentu,
tapi harus yakin bahwa Allah akan memberikan ibroh, hikmah, pelajaran dan manfaat yang
lain dari kejadian ini. Apakah saya merasa putus asa dengan keberadaan seorang
imam dalam hidup saya? Alhamdulillah tidak ada keputusasaan itu dalam diri saya,
meski ada sedikit rasa trauma, namun tidak sampai membuat saya putus asa. Dan ternyata untuk membuat surat untuk calon imam yang baru, saya perlu banyak merenung
lagi.
b. Lihatlah diri anda, tuliskan kekuatan potensi yang ada
pada diri anda.
Potensi yang ada di dalam diri saya sedikit banyak ada
pengaruh dari pola pengasuhan orangtua saya dulu, mereka (terutama Abah)
mendidik saya dan saudara-saudara yang lain sangat disiplin dalam hal mencari
ilmu, Abah juga sangat menomorsatukan agama, sehingga anak-anak beliau semua
wajib masuk pesantren, Adapun Ibu, beliau adalah orang yang sangat penyabar,
ibu adalah pendukung Abah sejati, entah itu dengan keikhlasan atau karena
keterpaksaan, beliau selalu mendukung apapun yang menjadi keputusan abah. Hal
yang sangat menonjol yang Abah contohkan yang selalu kami ingat, dan Ibu pun
selalu terkenang dengan sikap Abah yang satu ini, beliau sangat itsar,
mendahulukan atau lebih mementingkan orang lain daripada diri sendiri. Pernah
ibu cerita bahwa saat itu di rumah, beras itu hanya cukup untuk dipakai sekali
makan saja, kemudian Abah datang sambil membawa orang yang sedang butuh beras,
dan meminta ke ibu untuk diambilkan beras, ibu semula menolak dengan alas an di
rumah pun saat itu beras yang ada hanya sisa itu saja, Abah tetap memaksa ibu
untuk memberikan beras tersebut kepada orang yang dibawanya tadi, dengan dalih
bahwa mereka (abah dan ibu) masih punya saudara untuk dimintai tolong pinjamkan
beras, sedangkan orang itu mungkin saja dia tidak punya siapa-siapa lagi untuk
dimintai tolong selain ke keluarga kita. Ah terharu selalu saya kalau ibu sudah
bercerita tentang itu, saya bisa bayangkan bagaimana perasaan ibu, bagaimana
pula posisi abah, sungguh luar biasa pelajaran yang bisa diambil dari kejadian
tersebut. Nah sifat abah tersebut, sedikit banyak ada pengaruhnya di jiwa
anak-anaknya, termasuk saya. Meski tidak
sehebat Abah dalam hal itu tapi saya merasakan ada sedikit sifat tersebut saya
miliki. Potensi lain, saya dapat dari ibu, seperti yang sudah diceritakan tadi,
ibu adalah sosok yang sangat penyabar, seingat saya ibu memarahi saya dengan
luar biasa itu ketika saya tidak
mengindahkan larangan beliau untuk tidak berenang di danau, karena sangat
inginnya belajar berenang saya dengan kakak saya bertiga tetap pergi ke Danau
naik rakit dan di tengah danau saya belajar berenang, lalu saat itu saya hampir
tenggelam (saya piker ini akibat saya tidak mendengarkan kata-kata ibu) tapi
Alhamdulillah kakak saya datang menolong sehingga saya terhindar dari
tenggelam, namun ketika pulang ke rumah, ibu sudah menunggu kami dengan sapu
lidi di tangan, marahnya pun tidak lama, mungkin karena kepolosan kami yang
waktu itu masih kecil, ketika ibu memegang sapu lidi pun wajah ibu terlihat
menahan ketawa… sungguh lucu kalau ingat kejadian itu. Sifat nrimo ibu
sempat saya sandang hingga usia sekitar dua puluh limaan, saya adalah anak
paling sabar begitu seringkali saya dengar saudara-saudara ibu atau abah bilang
tentang saya, tapi sejak usia tersebut kesabaran saya yang seperti ibu itu
tampaknya tidak ada lagi saya rasakan, selanjutnya saya cenderung pemberontak
(sifat yang baru keluar saat usia pertengahan kepala dua), agak telat mempunyai
keberanian mengekspresikan jiwa, jadi yang selama ini saya rasakan sabar itu
mungkin bukan sabar yang sebenarnya tapi lebih kepada rasa takut.
Potensi saya yang lain sepertinya saya ini senang memberi motivasi kepada orang lain, ada beberapa yang nyaman
berbagi cerita hidupnya dengan saya dan saya merasa bahagia ketika mereka
senang mendapatkan motivasi dari saya, tetapi buruknya saya ini senang
memotivasi orang lain tapi agak susah memotivasi diri sendiri, sediiiihhh
c. Lihatlah orangtua dan keluarga anda. Silakan belajar
membaca kehendakNya, mengapa anda dilahirkan di tengah-tengah keluarga anda
saat ini dengan bekal/senjata potensi diri anda. Misi rahasia hidup apa yang
DIA titipkan ke diri kita. Tulis apa yang anda rasakan selama ini.
Saya lahir di keluarga besar saya, dan lahir sebagai anak
kesekian dari saudara-saudara saya, saya lahir sebagai perempuan, saya lahir
dengan segala keunikan yang ada pada diri saya, Allah kirimkan saya di keluarga
besar saya ini mungkin Allah ingin agar saya bisa bekerja sama dengan saudara-saudara
saya yang lain, Allah ingin saya menjaga kerukunan keluarga besar ini, Allah ingin saya menjadi penengah ketika ada
saudara-saudara saya yang sedang berselisih, Allah ingin saya menjaga keponakan
saya yang banyak, Allah ingin saya membantu saudara-saudara saya yang sedang
membutuhkan teman, dan ternyata saya tidak hanya ada untuk keluarga besar inti
saya saja, tetapi saya bisa membantu keluarga besar Abah juga,selalu ada
manfaat jika kita berpikir positif. Saya merasa senang ketika saudara saya membutuhkan
bantuan saya, walau hanya sekedar menunggu rumah. Saya memang lebih senang berada di belakang
layar atau tidak terlalu sering berhadapan dengan orang banyak, dan paling
takut bicara di depan orang banyak, padahal saya pernah menjadi guru. Well
berbagai proses perkembangan dalam rangka manfaat diri saya baik itu untuk diri
sendiri, atau untuk keluarga bahkan untuk lingkungan sekitar pun masih harus
selalu saya cari.
d. Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini,
tantangan apa saja yang ada di depan anda?adakah anda menangkap maksud Allah,
mengapa anda dihadirkan di lingkungan
ini?
Seperti yang sudah saya ceritakan di awal bahwa saya sejak
kecil sudah dididik dalam lingkungan yang agamis, waktu SD sekolah agama, lulus SD masuk
Pesantren Lulus SMP pun masih masuk Madrasah Aliyah Pondok, Allah menghendaki
saya untuk berdakwah (semampu saya) meski seringkali tidak merasa percaya diri
apa yang saya ketahui itu sudah benar atau belum,sehingga kalau ada yang
bertanya tentang suatu hal yang berkaitan dengan agama saya sering juga
tergantung dengan kakak saya. Pun saat mendapat musibah, Alhamdulillah Allah
tunjukkan dan arahkan saya untuk kembali kepada Agama, saya pun didekatkan
dengan lingkungan para penghafal al-Quran, mungkin Allah hendak tunjukkan kepada
saya tentang suatu kekuatan yang Allah berikan saat kita kembali kepada
Al-Quran yang merupakan petunjuk-Nya dalam hidup saya.